Publikbogornews.com – Di tengah derasnya minuman kekinian yang terus bermunculan, ada satu racikan hangat dari dapur tradisi yang tak lekang oleh waktu bernana Sa’irama.
Ya, Sa’irama adalah minuman warisan Nusantara yang menghadirkan kehangatan, rasa, dan kenangan dalam setiap tegukan.
Bahan-bahannya sederhana namun sarat makna, diantaranya 250 gram gula merah, 300 gram jahe, 1 sendok kecil cengkeh, 1.500 ml santan, dan 300 ml air.

Semua berpadu bukan sekadar untuk menghangatkan tubuh, tapi juga menghidupkan kembali cita rasa masa lalu yang kian jarang ditemukan.
Prosesnya penuh kesabaran dan cinta khas racikan ibu-ibu dapur tradisi. Jahe dan cengkeh ditumbuk halus, lalu dimasukkan ke dalam wajan bersama gula merah dan air.
Ketika aroma rempah mulai menari di udara dan gula mencair menjadi pekat, santan pun dituangkan perlahan.
Aduk perlahan hingga merata, hingga muncul warna kecokelatan yang menggoda, tanda bahwa Sairama siap mengisi sore dengan kehangatan.
Sa’irama bukan sekadar minuman. Ia adalah simbol keseimbangan — antara manis dan pedas, antara lembut dan tajam, antara tradisi dan zaman.
Setiap racikan menjadi pengingat bahwa Indonesia kaya bukan hanya dalam rempah, tapi juga dalam rasa yang mengikat generasi.

Di saat banyak orang mencari “minuman hits” di kafe modern, mungkin sudah saatnya kita kembali mencicipi Sairama — segelas nostalgia yang menyalakan kembali bara kehangatan dalam tubuh dan jiwa.
Makna Filosofis di Balik Nama “Sa’irama”
Nama “Sa’irama” bukan sekadar sebutan indah, melainkan sarat makna filosofis. Kata Sa’i berarti berjalan atau berusaha, melambangkan semangat manusia untuk terus melangkah dan berjuang dalam kehidupan.
Sementara Rama merujuk pada sosok dalam epos Ramayana yang dikenal karena komitmennya terhadap kebenaran dan dharma — jalan kebajikan dan integritas moral.

Rama adalah simbol kesetiaan pada nilai dan tanggung jawab, baik sebagai putra, suami, maupun pemimpin.
Dengan demikian, “Sa’irama” mencerminkan perjalanan hidup yang berlandaskan kebenaran, sebuah ajakan untuk melangkah dengan niat tulus dan komitmen pada nilai-nilai luhur, sebagaimana semangat yang dihidupkan di Kedai Literasi.
Bagi pengunjung tetap, Sa’irama bukan sekadar minuman. Ia adalah simbol dari kehangatan dialog, tempat ide diseduh bersama aroma rempah, dan inspirasi tumbuh di antara gelas-gelas yang berembun.

Karena di Kedai Literasi, setiap tegukan Sa’irama adalah ajakan, “Hangatkan tubuhmu, nyalakan pikiranmu.”.***

































