Publikbogornews.com Pagi itu, aula SMPN 1 Leuwiliang tampak berbeda. Bukan karena hiasan baru atau spanduk besar bertuliskan In House Training Implementasi Pembelajaran Mendalam, melainkan karena suasana yang tumbuh di dalamnya — semangat para guru yang datang bukan untuk mengajar, tetapi untuk belajar.
Di antara barisan kursi dan tumpukan modul, terdengar percakapan hangat. Para guru duduk berdampingan, mencatat, berdiskusi, dan sesekali tertawa kecil.
Mereka bukan sekadar peserta pelatihan; mereka adalah pejuang pengetahuan yang sedang menyiapkan diri menghadapi perubahan zaman.
Kepala sekolah, Dian Sukmawan, berdiri di depan ruangan dengan nada suara yang penuh keyakinan.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin para guru berinovasi dan berkolaborasi dalam menciptakan pembelajaran yang menggali potensi siswa secara utuh — dari aspek kognitif, sosial, hingga emosional,” ujarnya.
Bagi Dian, pendidikan tidak hanya tentang buku dan angka. Ia percaya bahwa setiap guru adalah pelukis masa depan yang bekerja dengan kuas kesabaran dan tinta kasih sayang. Maka, IHT yang digelar pada 9–10 Oktober 2025 itu bukan sekadar agenda rutin, melainkan ruang refleksi — tempat para guru menata ulang makna mengajar.
Selama dua hari, mereka menyelami materi tentang pembelajaran mendalam, penyusunan RPPM, hingga digitalisasi pendidikan.
Beberapa terlihat serius mengetik di laptop, sementara yang lain menatap layar dengan mata berbinar, seolah menemukan cara baru untuk membuat kelas terasa hidup.
“Kami ingin pembelajaran di SMPN 1 Leuwiliang semakin mindful, meaningful, dan joyful,” tambah Dian, senyumnya mengembang di antara tumpukan catatan dan kopi yang mulai dingin.
Pelatihan itu berakhir, tetapi suasananya masih menggantung di udara — seperti gema doa yang belum selesai diucapkan.
Para guru melangkah keluar dari aula dengan semangat baru: menghadirkan kelas yang bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat tumbuhnya karakter, rasa ingin tahu, dan kasih terhadap ilmu.
Di bawah langit Leuwiliang yang mulai sore, seorang guru berkata pelan pada rekannya,
“Ternyata, belajar mengajar itu tak pernah benar-benar berhenti. Hari ini, kita belajar untuk membuat belajar lebih bermakna.”***

































