Publikbogornew.com– Operasi siber berskala global yang dikenal dengan nama Salt Typhoon terungkap menyerang lebih dari 80 negara. Dalangnya adalah kelompok peretas yang disebut Silk Typhoon atau Murky Panda, yang diyakini berafiliasi dengan pemerintah Cina.
Berbeda dari peretas biasa, Murky Panda tidak mengejar uang cepat. Mereka beroperasi layaknya mata-mata modern: menyusup diam-diam ke jaringan telekomunikasi, hotel, transportasi, hingga infrastruktur militer, lalu mengumpulkan informasi strategis.
Menurut laporan Microsoft dan CrowdStrike, mereka memanfaatkan celah pada layanan cloud, menanamkan malware CloudedHope yang sulit terdeteksi, bahkan pernah membajak portal Wi-Fi publik di bandara untuk menjebak diplomat Asia Tenggara.
“Ini kampanye siber jangka panjang dengan tingkat kecanggihan tinggi yang melampaui batas negara,” ujar mantan pejabat CIA, Jennifer Ewbank.
Dampaknya tidak hanya mengancam rahasia diplomatik, tetapi juga stabilitas ekonomi, layanan publik, hingga keamanan masyarakat biasa.
Bagi Indonesia, ancaman ini kian relevan mengingat seringnya kebocoran data publik dan posisi strategis di Asia Tenggara.
Para pakar menegaskan, Murky Panda bukan ancaman yang bisa ditangani satu negara saja, melainkan membutuhkan koordinasi internasional sekaligus peningkatan kesadaran digital masyarakat.***
