Publikbogornews.com– Banyak orang beranggapan bahwa bahagia identik dengan tawa lepas atau senyum tanpa henti. Padahal, pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar.
Kebahagiaan sejati justru lahir dari cara seseorang memaknai setiap keadaan hidupnya, baik saat berada di puncak maupun ketika berada di titik terendah.
Dalam kajian nilai spiritual, bahagia dipahami sebagai kondisi batin yang tenang karena menyadari bahwa kendali sepenuhnya berada di tangan Allah.
Artinya, kebahagiaan tidak bergantung pada situasi lahiriah, tetapi pada keyakinan bahwa setiap peristiwa adalah bagian dari rencana terbaik yang Allah tetapkan.
“Bahagia itu bukan tawa tergelak atau senyum sumringah tanpa jeda. Bahagia adalah kemampuan menerima naik turunnya kehidupan dengan hati yang yakin pada takdir-Nya,” ujar seorang tokoh agama saat memberikan tausiah di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Pandangan ini menjadi pesan penting di tengah masyarakat modern yang sering mengaitkan kebahagiaan dengan materi, status sosial, atau pencapaian duniawi.
Ketika standar kebahagiaan hanya diukur dari hal-hal tersebut, manusia mudah kecewa dan merasa kurang.
Sebaliknya, dengan menyadari bahwa setiap keadaan hidup baik suka maupun duka adalah bagian dari ketetapan Allah, seseorang akan lebih siap menghadapi tantangan sekaligus lebih bersyukur atas nikmat yang dimiliki.
Pesan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa bahagia bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan spiritual yang erat dengan rasa syukur, kesabaran, dan keyakinan.***





































